Sebagai seorang muslim, sudah sepantasnya memposisikan Nabi Muhammad sebagai role model dalam kehidupan. Di antara alasannya yaitu bahwa Nabi Muhammad memiliki julukan yang tidak pernah dimiliki oleh Nabi sebelumnya, yaitu Nabiyyu ar-Rohmah. Nabiyyu ar-Rohmah atau khulqu ar-Rohmah diartikan sebagai karakter atau kepribadian yang penuh kasih sayang.
Syaikh Dr. Sholahuddin asy-Syami, salah satu dosen perguruan tinggi Islam dunia, Al-Azhar asy-Syarif, Mesir, mengatakan bahwa akhlak Rasulullah memiliki perbedaan yang lebih menonjol dengan para Nabi terdahulu seperti bangunan yang sangat indah dengan beberapa bangunan yang belum diperindah. Bangunan yang sangat indah itu adalah Rasulullah SAW dengan indikator paripurnanya syariat Islam dan sempurnanya akhlak Rasulullah. Sebagaimana hadis yang berbunyi:
عن أبي هريرة ، قال: قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: إنما بعثت لأتمم صالح الأخلاق وفي رواية مكارم الأخلاق.
Diriwayatkan dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah bersabda: “Sesungguhnya Saya diutus hanyalah untuk menyempurnakan kemuliaan akhlak” (HR. Ahmad)
وقال: يا أيها الناس إنما أنا رحمة مهداة
Dan Rasulullah bersabda: “Saya hanyalah seorang (pembawa) rahmat yang dikaruniakan” (HR. Al-Bukhori)
Sebagaimana Nabi memiliki julukan nabiyyu ar-rohmah, Syaikh Dr. Sholahuddin asy-Syami menegaskan kembali bahwa kasih sayangnya Rasulullah itu tiada batas dan tanpa diskriminasi, melainkan universal. Hal tersebut ditegaskan dalam Firman Allah dan Sabda Rasulillah yang berbunyi:
وما أرسلناك إلا رحمة للعالمين
Artinya: “Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam. (QS al-Anbiya’: 107)
الراحمون يرحمهم الرحمن، ارحموا من في الأرض يرحمكم من في السماء
Artinya: “orang-orang yang memiliki sifat kasih sayang akan disayangi oleh Allah yang Maha Pengasih. Sayangilah semua yang ada di bumi, maka semua yang ada di langit akan menyayangimu. (HR. at-Tirmidzi).
Dalam hadis tersebut, Syaikh Dr. Sholahuddin asy-Syami memberikan notifikasi khusus pada kata من. Beliau menyatakan bahwa meskipun kata من menunjukkan arti “siapa, yang, barangsiapa, dia” namun kata tersebut memiliki makna universal. Bahwa kasih sayang harus diimplementasikan tidak hanya kepada sesama, akan tetapi segenap makhluk dan apapun yang ada di bumi, seperti binatang, tumbuhan, dan bahkan sumber daya alam, misalnya batu dan lain sebagainya.
Terhadap sesama, Rasulullah menunjukkan kasih sayangnya tanpa memandang usia, latar belakang, bahkan agama. Hal tersebut tercerminkan dalam kisah Rasulullah bahwa pada saat Rasulullah melaksanakan sujud dalam sholatnya, tiba-tiba cucu Rasulullah, Sayyidina Hasan menaiki punggunggnya Nabi, lantas Nabi memanjangkan sujudnya hingga Sayyidina Hasan turun dengan sendirinya dari punggungnya Nabi.
Kisah lain berkaitan kasih sayang terhadap sesama, bahwa suatu ketika Rasulullah memeluk sahabatnya dari belakang. Sahabat tersebut merupakan sahabat yang sangat kurang tampan. Sahabat tersebut kaget dan tidak tahu bahwa yang memeluknya adalah Nabi. Saking kagetnya, ia berkata dengan nada yang tinggi. Saat ia mengetahui bahwa yang memeluknya adalah Nabi, ia langsung memeluk Nabi hingga perutnya sangat menempel dengan perut Nabi. Saat itu Nabi berkata, “siapakah di antara sekalian yang mampu membeli sahabat ini?”. Lantas sahabat tersebut langsung mengomentari Nabi, “Aku ini sangat jelek wahai Nabi, pastilah murah harganya”. Nabi dengan tenang menjawab, “nilai itu sesungguhnya bagaimana kita di hadapan Allah SWT”.
Kasih sayang tersebut juga tidak hanya meliputi terhadap sesama muslim, melainkan kepada non muslim. Terbukti pada saat fathu makkah, Nabi berbondong-bondong bersama para jama’ah menuju Makkah. Sesampainya di Makkah, Nabi bertemu dengan orang-orang kafir dan sama sekali tidak ada rasa sedikit pun pada Nabi untuk memberikan balas dendam kepada mereka. Bahkan Nabi bersabda kepada mereka, “Pergilah kalian! kalian telah bebas!”
Selain itu, sebagaimana nilai kasih sayang perlu diimplementasikan kepada seluruh makhluk termasuk hewan dan tumbuhan bahkan lingkungan sekitar apapun, Syaikh Dr. Sholahuddin asy-Syami menjelaskan bahwa ada seorang pelaku maksiat, namun dampak kemaksiatannya terhapuskan karena ia telah menolong seekor anjing yang sangat kehausan hingga akhirnya ia tergolong kepada ahli surga.
Dan salah satu bentuk kasih sayang Rasulullah terhadap tumbuhan tergambarkan saat jamaah muslim semakin banyak, para sahabat berinisiatif membuatkan mimbar untuk Nabi ketika berkhotbah. Namun, tatkala pohon kurma yang selama ini digunakan sebagai tempat sandaran berdirinya Rasulullah berkhotbah digantikan dengan mimbar baru tersebut, terdengarlah rintihan oleh para sahabat. Kemudian Rasulullah mengusap dan memeluk pohon kurma tersebut seraya mengatakan kepada para sahabat, “jika Aku tidak mengusap pohon kurma ini, maka pohon kurma ini akan merintih dan menangis hingga hari kiamat”.
Dalam bergaul, Rasulullah sangat bersahabat, sangat humble, sangat merakyat. Sehingga apabila ada orang asing yang mencari Rasulullah, ia akan bertanya, “Manakah Rasulullah di antara kalian?” Padahal Rasulullah yang orang asing tanyakan ada pada perkumpulan para sahabat tadi.
Dan dalam memperlakukan para abdinya, salah satunya Anas bin Malik yang mengabdikan dirinya kepada Rasulullah selama 10 tahun mengatakan bahwa Rasulullah sama sekali tidak pernah mengatakan “ah”, tidak pernah mengatakan terhadap apa yang sahabat Anas telah lakukan dengan pertanyaan: “Mengapa engkau lakukan itu?”, dan tidak pernah menanyakan terhadap apa yang belum dikerjakan oleh sahabat Anas dengan perkataan: “Tidakkah engkau kerjakan ini/itu?”
Demikianlah deskripsi singkat terkait kasih sayang Rasulullah sehingga Nabi Muhammad disematkan dengan julukan Nabiyyu ar Rohmah. Wallahu ‘alam.
Sumber:
Kajian keislaman oleh Syaikh Dr. Sholahuddin asy-Syami
dan Pengajian rutinan Oleh KH. Dr. Mauhibur Rokhman Lc. MIRKH.
Kitab Riyadu sholihin dan bidayatu as sul fi tafdlili ar rosul