Jika kita merujuk berbagai riwayat hadis mengenai orang-orang terbaik, maka setiap orang berpotensi menjadi versi dirinya yang terbaik. Ukurannya adalah keimanan, ketaqwaan, konsintensi, proses yang dilakukan dengan baik dan menghasilkan dampak yang baik.
Kita memiliki beberapa teladan dalam melakukan versi terbaiknya menjadi perempuan yang bekerja produktif. Kerja produktif adalah pekerjaan yang secara umum kita maknai pekerjaan yang menghasilkan uang untuk pemenuhan kebutuhan hidup. Seperti dicontohkan sahabat Rithah binti Abdullah yang memiliki home industry (Thabaqat al Kubra Ibn Sa’ad, VIII: 290), Ummu Syarik seorang perempuan kaya raya lagi dermawan, ia mensupport kehidupan pekerjanya dengan baik (Imam Muslim, Shahih Muslim, No. hadis 7573), Zainab al-Tsaqafiyah yang di masa Nabi ia bertanggung jawab menyokong kebutuhan hidup suami dan anak-anaknya (al Bukhari, Shahih al-Bukhari, Kitab an-Nikah, bab Haqq al Mar’ah ‘ala Zawj, No. hadis 1924), dan sahabat Ummu Mubasyir al Anshariyah yang bekerja di sektor pertanian (Imam Muslim, Shahih Muslim, No. hadis 5505).
Bekerja untuk memenuhi kebutuhan diri dan keluarga adalah baik (Shahih al-Bukhari, no. hadis 2111). Bekerja mencari kayu bakar menurut Nabi jauh lebih baik daripada meminta minta (Shahih al bukhari, no. hadis 2113). Bekerja untuk memenuhi kebutuhan orang-orang yang berada dalam tanggungan nafkahnya adalah bagian dari jihad fi sabilillah (al Mu’jam al-Ausath li at-Thabrani. No. hadis 6835).
Baca Juga: Perempuan, Aktivitas dan Fotonya di Media Sosisal

Kita juga memiliki teladan versi terbaik dalam menjalankan tugas sebagai Ibu Rumah Tangga. Seperti kisah sahabat Zaidah, ia adalah seorang pelayan rumah tangga pada zaman Nabi. Rasulullah sendiri mengapresiasi pekerjaan rumah tangga yang dilakukan oleh perempuan merupakan bagian dari jihad (Musnad Ahmad bin Hanbal, no. hadis 25.031). Riwayat tersebut jangan dibatasi bahwa jihad perempuan hanya sebatas melakukan pekerjaan rumah tangga. Nabi sendiri dalam berbagai riwayat juga melakukan pekerjaan rumah tangga seperti menjahit dan menambal baju, serta memperbaiki alas kaki (Musnad Ahmad bin Hanbal, no. hadis 25.388). Nabi juga terbiasa membantu pekerjaan yang umum dibutuhkan keluarga (al Bukhari, Shahih Bukhari, Kitab al-Adab, no. hadis 6039).
Riwayat –riwayat tersebut perlu disampaikan karena pekerjaan rumah tangga adalah pekerjaan yang baik dan dilakukan untuk tujuan kebaikan. Memasak guna memenuhi kebutuhan makan keluarga juga baik, mengasuh dan mendidik adalah juga bagian dari kebaikan. Dalam al-Qur’an dan hadis dikatakan bahwa mengerjakan hal-hal baik merupakan indikator keimanan seseorang.
Bagi Ibu Rumah Tangga, menjaga keimanan dan ketulusan sangat penting guna merawat kesehatan mental, emosional sekaligus sosial. IRT perlu istirahat yang cukup, perlu kegiatan yang memberikan relaksasi dari rutinitas pekerjaan harian serta melakukan interaksi sosial merupakan hal penting yang tidak bisa diabaikan demi menjaga keseimbangan menjalankan peran sebagai IRT.
Dalam konteks ini, penilaian terhadap perempuan tidak lagi didasarkan atas perannya, tapi bagaimana ia menjalankan perannya dengan baik, kebaikan apa yang dihadirkan dan dampak positif yang dihasilkan.